Pages

Senin, 10 Maret 2014

5. MARXISME



PENGARUH IDEOLOGI MARXISME TERHADAP KEBIJAKAN POLITIK DI DUNIA ABAD KE 19-20

Oleh
Aditya Wicaksono, Bunga Pahlawanita f., Evi Susanti, Hadi Setyawan. Novia Isniyawati, Ririk Ajeng Alfianti.[1]

Abstrak
Marxisme adalah sebuah ideologi yang mengikuti dari pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik . Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.  Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. 

Kata Kunci: Peran Marxisme Terhadap kebijkan Politik.

Sejarah Munculnya Ideologi Marxisme
Ideologi Marxisme tidak bisa dilepaskan dari tokoh utamanya yakni Karl Marx. Berawal dari abad ke-19 dimana keadaan buruh di Eropa Barat yang menyedihkan dimana pada saat itu kemajuan industri berkembang dengan pesat menimbulkan keadaan sosial yang sangat merugikan bagi kaum buruh. Pemikiran ini bukan saja menjadi inspirasi dasar “Marxisme” sebagai ideologi perjuangan kaum buruh, bukan saja menjadi komponen inti dalam ideologi komunisme (Magnis dan Suseno, 2003: 3). Berlandaskan masalah tersebut Karl Marx menyusun suatu teori sosial yang menurutnya didasari hukum-hukum ilmiah karena itu pasti terlaksana.
Sebenarnya sejak di bangku perkuliahan Karl Max menekuni bidang politik yang dianggap radikal. Dalam menyususn teori mengenai perkembangan masyarakat ia sangat tertarik dengan gagasan filsuf Jerman George Hegel (1170-1831) mengenai dialektik. Filsafat Hegel dimanfaatkan oleh Karl Marx untuk mengubah masyarakat secara radikal. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya “kepemilikan pribadi” dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme (Supardan, 2008: 334).
Ideologi Marxisme lahir sebagai bentuk motivasi kepada kaum buruh. Dimana Karl Marx mengharapkan sikap netral dari ilmu pengetahuan dalam masyarakat kalangan bawah (buruh). Menurut Marx perkembangan dialektis terjadi dalam struktur bawah dari masyarakat, yang kemudian menggerakkan struktur yang berada di atasnya. Dalam usaha untuk mencapai masyarakat yang komunis, kaum poletar mempunyai peranan penting karena mereka berhak merebut kekuasaan dari tangan kapitalis, mengambil alih segala alat produksi dan melalui tahap transisi yang dinamakan dictator proletariat maka tercapailah masyarakat yang komunis. Menurut Marx pertarungan antara kaum kapitalis dengan kaum proletar akan merupakan pertentangan kelas yang terakhir dan berkahir gerak dialektis.
Masyarakat komunis yang dicita-citakan Marx merupakan masyarakat yang tidak ada kelas sosial dalam struktur masyarakatnya, dimana manusia dibebaskan keterkaitannya kepada milik pribadi, dan di mana tidak ada unsur eksploitasi, penindasan serta paksaan. Dukungan terbesar kepada Marx terbesar berasal dari suatu Negara yang industrinya baru setengah berkembang yakni Rusia. Gagasan-gagasan Marx djadikan pola untuk membentuk masyarakat baru atas runtuhnya masyarakat lama melalui sebuah revolusi. Untuk keperluan itu gagasan Marx perlu untuk disesuaikan dengan masyarakat yang tingkat industrialisasinya belum terlalu tinggi dimana disesuaikan dengan kondisi politik dan social abad ke-20. Maka gagasan Marx telah diberikan tafsiran khusus yang dinamakan dengan Marxisme.
Ajaran Marx di bakukan menjadi Marxisme oleh Friedrich Engels dan Karl Kautsky. Dalam pembakuan ini ajaran Marx yang sebenarnya rumit adan sulit dimengerti di sederhanakan agar cocok sebagai ideologi perjuangan kaum buruh. George Lucas menegaskan bahwa adukan Engels dan Kautsky itu menyimpang dari apa yang sebenarnya di maksudkan oleh Marx, pembakuan ini mencapai puncak ketika partai komunis Rusia di bawah Lenin melakukan revolusi pada Oktober 1917 dan mengkonstatir Marxisme Lenimisme sebagai ideologi resmi ajaran komunis (Santoso, 2003: 35).

Macam-macam Ideologi Marxisme
Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya.  Sebelum kita melangkah pada materialisme historis maka kita lebih dahulu melihat serba singkat gagasan Marx tentang materialisme dialektis. Memang kedua hal ini kait-mengait sehingga tidak jarang bahwa pemikiran Marx ditera dengan kedua nama tersebut, karena keduanya memang membuat nama Marx mencuat ke permukaan diantara pemikiran filsuf besar abad ke-19. Tetapi perlu disadari Marx sendiri tidak pernah menggunakan nama-nama tersebut. Nama materialisme historis diperkenalkan oleh Engels ketika Marx telah meninggal, sedangkan nama materialisme dialektis diperkenalkan oleh pemikir kenamaan Rusia yang bernama G. Plekhnov (Adisusilo,2013:252).
Marxisme dan komusnisme nyaris tidak dapat dijelaskan dengan definisi. Dapat saja dikatakan bahwa Marxisme adalah teori, sedangangkan komunisme adalah praktik atau keduanya merupakan perpaduan yang membingungkan antara teori dan praktik. Tidak ada cara yang mudah untuk menghilangkan kerancuan dan kebingungan itu karena perumus ideologi marxis/komunis teramat banyak dan beragam.
Ada 3 jenis Marxisme, yaitu:
1. Marxisme Ortodoks
Marxisme sebagai suatu pandangan dunia yang sistematis dan komprehensif baru muncul setelah Marx wafat, dan sesudah munculnya karya tiga tokoh: Friederich Engels (1820-1895); teman dekat Marx, Karl Kautsky (1854-1938), “Paus” sosialisme Jerman; dan Georgi Plekhanov (1856-1918), teoritikus gerakan resmi Marxis Rusia (Femia, Josep V, 2004: 147). Engels memberikan sumbangan pemikiran terhadap Marxisme merupakan penyebab terjadinya kontroversi. Engels bekerja sama dengan Marx dalam sejumlah karya, dan kaum Marxis Ortodoks menganggapnya sebagai sekutu Marx yang setia dan membantu menyebarkan ide-ide utamanya. Namun banyak pengamat yang menemukan perbedaan antara pemikiran Engels dengan Marx, Engels lebih deterministik daripada Marx.Engels bersama Kautsky dan Plekhanov, ingin mereduksi semua fakta psikologis menjadi fakta fisik. Dalam pendangan mereka tidak ada perbedaan kualitatif antara akal dan materi. Namun, materialisme dialektis tidak dapat dicampuradukkan dengan apa yang disebut dengan kaum Marxis sebagai materialisme “borjuis” yang  juga mereduksi akal menjadi materi.
Marxisme seperti yang dipahami Engels (kemudian kautsky dan plekhanov), adalah suatu sintesis besar yang dimaksudkan menjelaskan segala sesuatu dari tingkat biologi yang paling mendasar sampai tingkat sejarah manusia (Richard,Bellany,2004: 149). Bagi kaum Marxis Ortodoks, keselamatan tidak datang melalui aksi, tetapi melalui berkah. Meskipun demikian pembentukan Marxisme sebagai pandangan dunia yang khas dan menyeluruh bertepatan dengan zaman keemasan politik sosialis yang merentang sejak 1890 sampai meletusnya Perang Dunia I pada tahun 1914.
Inilah era kedua suatu federasi multinasional partai-partai dan serikat-serikat buruh yang longgar yang bekerja sendiri-sendiri namun disatukan oleh keyakinan mereka terhadap sosialisme. Kendati tradisi-tradisi sosialisme non-Marxis masih menunjukkan pengaruh (anarkisme di Prancis dan italia utilitarisnisme di Inggris raya, tradisi Marxismelah yang menonjol sebagai kredo utama gerakan itu. Sepanjang keberadaannya Internasional kedua didominasi oleh kaum sosialis Jerman yang partainya (SPD) menjadi partai terbesar di Jerman. Pemikiran SPD disimbolkan dalam program Erfurt pada 1891.
2. Marxisme Hegelian
Dengan menulis setelah revolusi Rusia, Lukacs Gramsci menyimbulkan bahwa perwujudan “hakikat” revolusi Marxisme memerlukan ditinggalkannya determinisme fatalistik yang telah mendorong kaum Marxis untuk melihat sosialisme sebagai anugerah dari langit, atau lebih tepatnya “sejarah” yang tidak tergantung kepada pilihan bebas manusia. kritik terhadap Marxisme pasif ini melibatkan pengungkapan kembali idealisme Hegelian dengan penekaan kepada kesadaran atau subjektifitas. Bagi mereka, sumbangan besar filsafat Marx terletak pada perpaduan sempurna antara kreativitas manusia dan materialistas sosioekonomi.
 Gramsci dan Lukacs, dalam mempertahankan penekanan pada kreativitas manusia, melihat Marxisme sebagai filsafat humanistik yang bertujuan menciptakan pencerahan budaya di mana kebebasan dan pengembangan diri menjadi hak asasi semua manusia. Dua pendukung Marxisme Hegelian tersebut sebenarnya berbeda dalam beberapa persoalan penting. Meskipun menolak determinisme mekanis, Lukacs tidak melihat masa depan sebagai sesuatu yang terbuka pada pelbagai kemungkinan kejadian.
Perbedaan lain antara antara Gramsci dan Lukacs berkenaan dengan pandangan mereka terhadap masyarakat masa depan. Sebagaimana kaum Marxis ortodoks, Gramsci adalah seorang produktivitas yang ingin menata faktor-faktor produksi sejalan dengan prinsip optimalitas, yakni rasionalisasi dan mekanisasi proses produksi.
3. Marxisme dalam Praktis
Lantaran kaum Marxis juga komunis dalam arti bahwa mereka membahayakan masa depan yang ideal berupa sorga komunal, rezim-rezim revolusioner yang terbentuk di Rusia dan negara-negara lain dikenal dengan rezim komunis meskipun komunisme adalah tujuan jangka panjang mereka, bukan gambaran kenyataan yang sesungguhnya. Sehingga, komunisme dalam pengertian biasa mengacu pada pelembagaan Marxisme atau varian Leninis sebagai instrumen kekuasaan yang lalim. Jarak antara kominisme (dalam praktis) dan komunisme (pandangan Marx tentang emansipasi universal) sangatlah jauh sehingga menggerakkan kalangan Marxis untuk membebaskan Marx dari tanggung jawab apapun atas praktik komunisme.
Kalangan Marxis Ortodoks memperingatkan Lenin tentang bahwa revolusi prematur dalam apa yang yang kemudian menjadi Uni Soviet. Selain itu, mereka memperkirakan bahwa pendekatan Lenin yang elitis yang berasumsi bahwa cendikiawan Marxis lebih mengerti kepentingan buruh daripada buruh itu sendiri akan menciptakan kediktatoran atas kaum proletar, bukan dari kaum ploletar. Betapapun ganjilnya tirani Stalin, ia berhati-hati untuk memberikan pembenaran ilmiah yang palsu. Ia tidak hanya mengabaikan, tetapi juga menekan tema dan tulisan humanistik Marx. Doktrin sepenuhnya tunduk pada tujuan tujuan melegitimasi dan mengagungkan rezim. Apabila kalangan Marxis Hegelian menekankan manusia sang pencipta apa yang dinamakan Stalin sebagai Marxisme-Leninisme menafsirkan manusia sebagai korban tak berdaya dari kekuatan-kekuatan sosial yang tidak terkontrol.
Pada jenjang teoritis, Mao mengajukan tiga perubahan terhadap Marxisme-Leninisme. Pertama, ia mengurangi arti penting kaum proletar kota dengan kota dengan menyatakan bahwa revolusi setidaknya di negara-negara seperti cina yang menjadi korban imperialisme Barat dimulai dari daerah pinggiran kota dan dipelopori oleh petani. Kedua, menempatkan kesadaran atau kehendak politik diatas kondisi material atau objektif. Keyiga, perluasan Mao atas konsep dengan memasukkan konsep bangsa.

Perkembangan Marxisme Di Seluruh Dunia
            Dalam tulisannya Karl Marx banyak yang menarik perhatian, namun dalam penafsirannya berbeda-beda. Salah satu yang mendukung teori Marx adalah Eduard Bernstein (1850-1932), secara umum menerima analisa Marx namun dia berpendapat bahwa tujuannya dapat dicapai tanpa revolusi, dengan kata lain secara damai melalui jalan parlementer dan atas dasar hak pilih umum. Dari pendapat Bernstein tersebut sudah menunjukkan menyimpang dari konsep mengenai perlunya revolusi, sehingga ia disebut sebagai Revisionis. Aliran dari Bernstein ini ternyata memengaruhi perkembangan partai-partai sosialis demokrat yang berhasil menguasai pemerintahan melalui jalan parlementer pada abad 20 yang terjadi dibeberapa negara seperti Swedia dan Inggris . adapula pengikut lain yang mendukung Marx yaitu Karl Kautsky (1854-1938), dia termasuk orang yang lebih ortodks dibanding Bernstein dalam menafsirkan tulisan Marx, namun oleh golongan Lenin disebut “Marxis murtad”.
            Ajaran Marx sebenarnya ditujukan kepada masyarakat Eropa Barat abad ke-19 yang sudah maju industrialisasinya. Namun justru dukungan terbesar ajaran Marx ini di suatu negara yang industrinya masih baru setengah berkembang, yaitu di Rusia. Hal ini dapat terjadi berkat kegiatan Lenin serta dibantu oleh adanya kekecewaan serta kekacauan akibat kekalahan tentara Czar dalam Perang Dunia I. Gagasan-gagasan dari Marx dijadikan cara untuk membentuk masyarakat baru atas runtuhnya masyarakat lama melalui suatu revolusi.
Di sini peran Lenin telah berhasil mendirikan suatu negara yang menerapkan dan meneruskan ajaran Marx, sehingga dia perlu mengubah dari tujuan Marx, yang dulunya ajaran Marx hanya ditujukan kepada negara-negara industrialisasinya sudah maju sekarang perlu ditambah, diubah serta dilengkapi dengan tujuan menerapkan ajaran Marx ke negara yang industrialisasinya baru berkembang. Untuk dapat merealisasikannya pada masyarakat yang industrialisasinya belum terlalu tinggi dan kemudian disesuaikan dengan perubahan-perubahan politik dan sosial abad ke-20. Gagasan Marx telah diberi tafsiran yang khusus yang diberi nama Marxisme-Leninisme atau komunisme oleh pemimpin-pemimpin Rusia.
            Di Uni Soviet Lenin berhasil mengembangkan ajaran Marxisme tahun 1917-1924. Dia memimpin revolusi dan menguasai Uni Soviet dengan membentuk diktator proletariat seperti yang dibayangkan oleh Marx. Dalam Undang-Undang Dasar 1918 telah mencerminkan tahap pertama revolusi, yang memusnahkan golongan-golongan yang dianggap sebagai penindas, seperti tuan tanah, pejabat agama, pengusaha, dan polisi Czar. Adapun gagasan-gagasan Lenin yang berkaitan dengan ajaran Marx, diantaranya (Budiardjo, 2008: 146):
1.    Melihat pentingnya peranan kaum petani dalam menyelenggarakan revolusi (Marx hanya melihat peranan kaum buruh).
2.    Melihat peranan suatu partai politik yang militan yang terdiri atas proffesional revolutionaries untuk memimpin kaum proletar (Marx berpendapat bahwa kaum proletar akan bangkit sendiri) dan merumuskan cara-cara merebut kekuasaan.
3.    Melihat imperialisme sebagai gejala yang memperpanjang hidup kapitalisme (Marx berpendapat bahwa kapitalisme pada puncak perkembangannya akan menemui ajalnya dan diganti oleh komunisme), sehingga kapitalisme pada saat itu belum mati.
Meninggalnya Lenin pemimpin Uni Soviet digantikan oleh Stalin mulai tahun 1924-1953, dia melebihi Lenin dalam menonjolkan sifat menindas. Tahun 1936 Undang-Undang Dasar lama diganti oleh Undang-Undang Dasar baru dengan menetapkan tercapainya sosialisme dan berakhirnya revolusi. Hal ini menunjukkan bahwa secara resmi telah dimulai tahap kedua, yakni menyelenggarakan masyarakat ke arah masyarakat komunis di mana tahap pertama sudah berakhir yaitu tahap revolusi yang telah dikembangkan oleh Lenin.
            Gagasan yang disampaikan oleh Stalin menyimpang dari gagasan Marx yang mengenai revolusi ialah bahwa komunisme dapat diselenggarakan disatu negara dulu, yaitu di Uni Soviet. Gagasan ini ditentang oleh Trotzky yang berpendapat bahwa revolusi harus berjalan terus-menerus di seluruh dunia. Tidak hanya Stalin yang menyimpang dari gagasan Marx, Khruschef yang mencetuskan gagasanpun juga menyimpang dari ajaran asli Marx. Pertama, ia mengemukakan bahwa perang dapat dihindarkan dan bukan lagi “tak terelakkan”. Kedua, membuka kemungkinan untuk hidup berdampingan dengan negara-negara yang berlainan sistem sosialnya (Budiardjo, 2008: 147). Khurchev merupakan penguasa Uni Soviet dari hasil perebutan kekuasaan antara pemimpin-pemimpin lainnya. Khurchev melancarkan gerakan destalinisasi melalui Kongres Partai Komunis Uni Soviet yang ke-20 tahun 1956. Dalam proses ini Stalin diancam telah merugikan rakyat Uni Soviet. Sehingga Khurchev maju dan menggantikan posisi Stalin sebagai penguasa Uni Soviet.
            Tahun 1964 Khurchev disingkirkan dan proses destalinisasi dihentikan. Dengan disingkirkannya Khurchev kedudukan Stalin dikembalikan pada kedudukan yang lebih terhormat. Khurchev digantikan oleh Leonid Brezhnev sebagai sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet pada Oktober 1946 – 10 November 1982. Brezhnev memberikan toleransi kepada beberapa revisi ajaran Marxisme – Leninisme untuk tujuan pragmatis, tapi tetap tidak melepaskan kontrol politik dalam kehidupan masyarakat. Rivalitas Perang Dingin dengan Amerika Serikat menjadikan pembangunan angkatan bersenjata menjadi prioritas utama kebijakan politiknya. Hal ini mengakibatkan beban ekonomi semakin berat untuk menanggung lomba senjata dengan Amerika. Kemudian pada periode berikutnya Brezhnev digantikan kepemimpinannya oleh beberapa tokoh, namun tetap saja keadaan ekonomi di Uni Soviet semakin buruk yang pada saat itu juga pernah dipimpin oleh Mikhail Gorbachev. Tersingkirnya Gorbachev dari dunia politik, tanggal 8 Desember 1991 Uni Soviet secara resmi dinyatakan bubar dan digantikan dengan Commonwealth Independent States (CIS).

Pengaruh Marxisme dalam Rasa Nasionalisme Masa Pergerakan Nasional dan Pemikiran Tokoh-tokoh Indonesia
Dampak Marxisme di kawasan Eropa ternyata menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Banyak tokoh-tokoh nasionalis kita yang menganut ideologi marxisme salah satunya adalah bapak pendiri negeri ini Soekarno dan beberapa tokoh lainya. Meskipun Soekarno sebagai arsitek Partai Nasional Indonesia mengenal baik paham Marxisme dan revolusi besar Rusia, yang dipimpin Lenin, ia tidak suka menggunakan kata “Proletar” untuk menyebut rakyat Indonesia yang digerakan untuk melawan penjajah (Muljana, 2008: 186). Kata proletar pada Revolusi Rusia itu sendiri diartikan sebagai buruh. Soekarno lebih senang menyebut dengan kaum marhaenisme karena untuk menggerakan rakyat untuk melawan penjajah Belanda bukan hanya buruh. Pada pelaksanaan deklarasi Marhenisme yang dilakukan oleh Soekarno bahwa Marhainesme bukan sekedar teori politik, melainkan teori perjuangan menentang para kolonialisme yang berada di Indonesia.
Seperti halanya teori marxisme yang berada di Rusia yang menentang para kaum proletar yang menentang kaum kapitalisme dan feodalisme. Jadi Marheinisme adalah Marxisme yang diterapkan di Indonesia. Dipelopori oleh Soekarno sebagai pembangun Partai Nasional Indonesia yang menggunakan azas Marheinisme dijelasakan dalam karyanya yang berjudul “Mencapai Indonesia Merdeka”. Untuk menumbangkan kaum kapitalisme di Indonesia perlu adanya persatuan dari seluruh kaum Marhaenisme yang dapat menggerakan aksi-masa. untuk menghancurkan kaum kapitalis dibuthkan kaum Marhainesma yang sadar dan radikal. Untuk membuat masyarakat yang sadar dan radikal diperlukan suatu partai pelopor untuk mendidik rakyat kepada kemenangan.
Partai Marhaenisme harus selalu berpegang teguh pada tujuan perjanganya, yakni memperbaiki nasib masyarakat yang tertindas tanpa adanya kapitalisme dan imperialism. Menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Untuk mewujudkan cita-cita Bung Karno mengenai ideologi Marhaenisme maka kaum marhaenismelah yang harus memegang kekuasaan tertinggi di dalam masyarakat Indonesia yang merdeka bukan kaum borjuis. Mereka takut apabila kekuasaan tertinggi politik bukan berada pada kaum Marhaenisme maka cita-cita mereka untuk menciptakan masyarakat yang sosialis akan gagal.
Paham marxisme datang ke Indonesia sebelum Perang Dunia I terjadi. Di Indonesia, paham Marxisme dibawa oleh Sneevliet. Pada tahun 1931, H.J.F.F. Sneevliet, bekas anggota Partai Buruh Sosial Demokrat, tiba di Jawa sebagai sekretaris  serikat dagang perusahaan Belanda (Muljana, 2008: 167). Sneeveliet, seorang anggota Sociaal Democraatische Arbeider Partij (SDAP) yang moderat, bukan Sociaal Democraatishe Partij (SDP) yang lebih mengambil posisi Marxis, datang ke Hindia Belanda pada pertengahan Februari 1913 semata-mata untuk mencari pekerjaan (imply to seek employment) (Soewarsono, 2000: 23).
Setelah itu dia mendirikan ISDV (Indische Sosiaal Democratische Vereeniging). Sneevliet mendirikan ISDV bersama dengan Bergsma, Brandstander, dan H.W. Dekker. Tujuan ISDV adalah menyebarkan Marxisme. Untuk mencapai tujuannya tersebut, Sneevliet melakukan pendekatan terhadap Sarekat Islam cabang Semarang yang pada waktu itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono.
Pada tanggal 24 Desember 1920, ISDV secara resmi menjadi anggota Komunis Internasional dan pada tanggal 23 Mei 1923 berubah menjadi Partai Komunis (PKH) (Muljana, 2008: 169). Akhirnya Sneevliet ditangkap dan diusir dari Indonesia pada tahun 1920 karena telah mengadakan propaganda Marxisme dikalangan angkatan Darat Kerajaan Belanda.
1.Perpecahan Sarekat Islam dan cikal bakal terbentuknya PKI Dalam perkembangnnya, Semaun dan Darsono dapat dipengaruhi sehingga mereka masuk menjadi anggota ISDV. Semaun dan Darsono merangkap menjadi tiga keanggotaan, yaitu Sarekat Islam, ISDV, dan Insulinde. Menurut Muljana (2008: 167) maksud pendekatan Sneevliet adalah untuk membuat Sarekat Islam cabang Semarang khususnya sebagai peresmian paham Marxisme di lingkungan terpelajar Islam.
Perpecahan Sarekat Islam sudah terlihat ketika Sarekat Islam menyelenggarakan kongresnya yang kedua. Menurut Cahyono (2003: 5) menyebutkan sebagai berikut.
Pasca Kongres, SI Semarang mulai mengadakan aksi-aksi untuk memperjuangkan cita-citanya. Desember tahun itu juga SI Semarang mengadakan rapat anggota dan menyerang ketidakberesan di tanah-tanah partikulir. Juga kaum buruh diorganisasi supaya lebih militant dan mengadakan pemogokan terhadap perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang. Korban pertama pemogokan ini adalah sebuah perusahaan mebel yang memecat 15 orang buruhnya. Atas nama SI, Semaoen dan Kadarisman memproklamasikan pemogokan dan menuntut 3 hal. Pertama, pengurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam. Kedua, selama mogok, gaji dibayar penuh dan ketiga, setiap yang dipecat, diberi uang pesangon 3 bulan gaji.

Selanjutnya pada kongres Sarekat Islam ke tiga pengaruh Semaoen semakin kuat. Dikatakannya bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah dan terjajah tetapi juga antara kapitalisme dengan buruh (Suhartono, 2001: 36). Selanjutnya Sosrokardono mendirikan Sarekat Kerja.
Pada kongresnya kelima, menurut Muljana (2008: 128) Semaun mengecam kebijaksanaan ketua Sentral Sarekat Islam, yang bersikap sangat lunak terhadap pembentukan kapital nasional. Dalam kongres kelimanya juga disepakati bahwa tidak boleh menjadi keanggotaan ganda. Mengenai hal tersebut, Semaoen memilih untuk menjadi anggota ISDV. Pada kongres kelima inilah terjadi perpecahan di dalam Sarekat Islam. “… Tahun 1921 golongan kiri dalam tubuh SI dapat disingkirkan, yang kemudian menanamkan dirinya Sarekat Rakyat (SR)” (Poesponegoro, 2010: 345).
Selanjutnya pada kongresnya yang ketujuh Sarekat Islam diperoleh dua keputusan. Kongres mengambil keputusan (Muljana, 2008: 130): 1) mengubah nama Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat Islam; 2) memertahankan disiplin kepartaian. Sarekat Rakyat ini menjadi landasan berdirinya Partai Komunis Indonesia. Menurut Suhartono (2001: 37) “… Sentral Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) . . . Sarekat Rakyat yang merupakan bangunan bawah Partai Komunis Indonesia (PKI)”.
KESIMPULAN
            Marxisme adalah sebuah ideologi yang di buat oleh Karl Marx kemudian dikembangkan oleh Lennin shingga menjadi ideologi Marxisme. Ideologi ini adalah protes terhadap kaum proletar terhadap kaum kapitalis di Rusia. Ideologi ini berkembang dan tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Soekarno adalah orang yang mengadopsi teori marxisme untuk usaha  kemerdekaan.


DAFTAR RUJUKAN

Adisusilo,Sutarjo.----. Sejarah Pemikiran Barat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cahyono, Edi. 2003. Dari ‘Kiri’ Menajdi ‘Kanan’: Pergeseran Ideologi Semaoen dalam “Tenaga Manusia…”. Jakarta: Yayasan Penebar.

Magnis, Frans & Suseno. 2003. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional: dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan Jilid I. Yogyakarta: LKiS.

Poesponegoro, Marwati.Djoened. & Notosusanto, Nugroho. 2010. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.

Richard,Bellany.2004. Ideologi Politik Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Santoso, Listiono, dkk., 2003. Epistemologi Kiri. Jogjakarta: Ar-ruz media.

Soewarsono. 2000. Berbareng Bergerak: Sepeninggal Riwayat dan Pemikiran Semaoen. Yogyakarta: LKiS.

Suparlan, Dadang, 2008. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.





[1] Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, Angkatan tahun 2012.

22 komentar:

  1. Zainul Hasan/Pendidikan Sejarah/A/2012
    Anda menjelaskan bahwa, "Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya." Yang ingin saya tanyakan ialah dimensi filosofis dan pengaruh yang bagaimana dari Marxisme itu sendiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Saya membantu menjawab pertanyaan Zainul dan kelompok Komunisme sendiri,
      ZOFRANO IMS/A/PSEJ 2012/120731435976
      di dalam bukunya Etienne Balibar tentang Anti Filsafat: Metode Pemikiran Marx, pemikirannya Marx sempat agak paradoks, didalam artikel ini dikatakan Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab tidak ada jalan untuk mundur kembali buat semua pemikiran yang ingin punya efek dan menduniawi sehinggan pernyataan tsb menghalangi orang untuk kembali untuk berpaling kepada filsafat, Marx melihat para filsuf/filosof hanya "menafsirkan dunia" dengan caranya masing-masing, padahal yang terpenting ialah mengubahnya, ia melihat bahwa berbalik kembali kepada filsafat merupakan sesuatu hal yang buruk karena memang tidak ada jalan tengah diantara filsafat dan revolusi sampai-sampai tafsiran dunia itu tidak layak untuk didengarkan, pernyataan ini mengandung makna jika mengatakan sama dengan melakukan maka berarti melakukan sama dengan mengatakan dan berkata-kata selalu berarti telah berbuat sesuatu, Jadi hanya ada satu cara untuk mengubah dunia dan mengangkat derajat kaum proletar di dunia yakni dengan jalan revolusi yang mampu mentransformasi konflik-konflik lewat praksis revolusioner bukan hanya sekedar sebagai "filsafat"/pernyataan yang performatif belaka melainkan usaha tsb mampu merealisasikan "bayangan belaka" dari filosof yang berambisius (Plato, Aristoteles, dan Hegel), dengan berkata: "dengan cara yang jauh lebih baik dari mereka yang telah capai" tanpa memikirkan batas-batasnya seperti filsafat maka dari itu artikel ini ditulis tidak bisa dikatagorikan begitu saja sebagai filsafat, sebab Marxisme melenyapkan batas-batas tidak seperti filsafat yang hanya mengangan-angan belaka dan ada batas-batasnya melainkan melenyapkan batas-batas tsb untuk membangun kembali dirinya diatas kesadaran akan batas-batasnya sendiri dalam memperjuangkan kelas proletar di atas "mengubah dunia" yang dilakukan kekuasaan Kapitalisme

      Hapus
    3. ZOFRANO IBRAHIMSYAH MAGRIBI SULTANI/A/PSEJ 2012/120731435976
      sangat pengaruh sekalI terhadap dimensi filosofisnya, pengaruhnya dalam hal pemikiran Marx yang dapat menyumbangkan teori pertentangan kelas, Materialisme Dialektika, Materialisme Sejarah untuk Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (akan dibahas khusus pada Filsafat Sejarah yak :D)... dengan buku/esai yang dikeluarkan Marx seperti The German Ideology, Economic and Philosophical Manusript, The Class Strruggles in France dan The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, Das Kapital, Communist Manifesto ini dapat menjadi kajian teoritis bagi ISIB khususnya Sejarah
      Seperti Buku yang ditulis oleh ilmuwan Sosial Indonesia Martin Suryajaya tentang Materialisme Dialektika: Kajian Marxisme dan Filsafat Kontemporer, saya ambil sedikit membahas pertanyaan anda
      Negara dan Perjuangan Kelas sebagai Sebuah Kritik Atas Libertarianisme Sosial, di dalam buku ini adanya kelas-kelas adalah produk dari perkembangan sejarah ketika masa Revolusi Industri yang mengembangkan para pemodal gendut (borjouse) dan perlunya sebuah negara sebagai sebuah instrumen ditangan kelas yang berkuasa untuk memaksa dan menjamin stablititas struktur kelas yang melandasi keberadaan negara yang justru negara kapitalisme dan kepemilikan individu di dalam bidang ekonomi adalah kedaulatan negara (sovereign state) juga merugikan kelasnya makanya konsekuensi strategis dari ide ini bahwa emansipasi rill hanya dapat dilakukan dengan pengambilalihan negara dan kedaulatan itu tidak ada sebagai penjelasan substansi atau substratum dalam menjelaskan negara yang melindungi kaum buruh dan hanyalah konsepsi teoretik belaka yang dikeluarkan oleh kelas tertentu dan pembela kapitalisme, melainkan Engels berpendapat bahwa Marxisme dalam memperjuangkan kelas (utamanya proletar) yang berasal dari kumpulan masyarakat bukan individu sebagai unit pembagian kerja yang membentuk harmonisasi sosial (bukan mengadu 2 kekuatan kelas sosial) untuk menjustifikasi akumulasi kegiatan ekonomi atas perjuangan kelas dengan retorika mediasi konflik bukan terpolarisasikan (pembagian atas dua bagian (kelompok orang yg berkepentingan yg berlawanan-artikata.com) untuk mengoperasikan negara untuk turut independensi dari kdua kelas dalam mencapai tujuan negara dan UUD yang dipakai oleh negara tersebut sehingga terjadi perpaduan sempurna antara kreativitas manusia dan materialistas sosioekonomi pad artikel kelompok Komunisme diatas untuk menghindari Alienasi (Penyelewengan oleh Kapitalis atas kesempatan untuk memperoleh keuntungan dibidang ekonomi pada tiap Individu2) yang dipaksa kerja pada jam2 yang ditentukan oleh perusahaan/pemodal yang gila agar bisa memproduksi barang yang banyak tanpa memikirkan kesehatan pekerja..
      Selain itu, dari pernyataan ini menjadi sebuah Dialektika yang sarat nilai (value-laden)
      Thx u

      Hapus
    4. terima kasih atas jawabannya,

      Hapus
  2. perwujudan “hakikat” revolusi Marxisme memerlukan ditinggalkannya determinisme fatalistik yang telah mendorong kaum Marxis untuk melihat sosialisme sebagai anugerah dari langit, atau lebih tepatnya “sejarah” yang tidak tergantung kepada pilihan bebas manusia, ini dari bagian Marxisme Hegelian... bukankah hakikat daari marxisme ditinggalkan dan melihat bahwa sosialisme berasal dari langit lalu bagaimana untuk mencapai tujuan dari ideologi ini??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Evi Susanti/ 120731435988/ A/ Pendidikan Sejarah
      sebelumnya yang anda maksud ini untuk mencapai tujuan dari ideologi marxisme apa ideologi sosialisme?

      Hapus
    2. Bagaimana untuk terlaksanannya tujuan ideologi marxisme yakni dengan menciptakan masyarakat yang komunis maksudnya disini adalah kaum ploletar atau buruh ini berjuang untuk merebut kekuasaan dari tangan kapitalis, mengambil alih segala alat produksi dan melalui tahap transisi yang dinamakan dictator proletariat maka tercapailah masyarakat yang komunis. Selain itu, ideologi marxisme bisa terlaksana apabila di masyarakat tidak ada kelas-kelas sosial yang dimana kelas-kelas sosial disini hanya berfungsi sebagai pemisah antara si kaya dengan si miskin.Tidak adanya unsur eksploitasi, penindasan serta paksaan terhadap kaum ploletar juga kemungkinan bisa untuk mencapai tujuan ideologi ini.

      Hapus
  3. ZOFRANO IBRAHIMSYAH MAGRIBI SULTANI/A/120731435976
    Munculnya Komunisme dijadikan ideologi negara ketika terjadi Revolusi Rusia Oktober 1917 yang dipimpin oleh Lenin (Bholsevik) menggulingkan Alexander Kerensky dari Menshevik dengan slogan bread and freedom yang akhirnya mendirikan negara U.S.S.S (Uni Sovyet) (ingat Sejarah Eropa), yang saya tanyakan mengapa komunisme ketika menjadi sebuah ideologi negara selalu diadakan propaganda untuk menarik massa yang banyak, mengapa hal tersebut dilakukan dan apakah selalu dilakukan seperti itu untuk menjadikan Komunisme sebagai ideologi negara terutamanya di Rusia?? berarti gx efisien dong bila melakukan hal tersebut yang tentunya menjadi sebuah ideologi negara terlalu lama akibat propoaganda terlebih dahulu?? adakah cara yang lain dari komunisme tersebut selain propaganda??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ririk Ajeng Alfianti - 120731435967
      Tanpa adanya propaganda itu sulit untuk dilakukan. Sehubungan dengan Revolusi Rusia yang dipimpin oleh Lenin, Lenin ini memanfaatkan kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Georgy Yevgenyevich yang beberapa bulan kemudian kelompok ini digulingkan oleh Mensheviks. Kemudian Lenin melakukan pendekatan kepada rakyat dan menjanjikan sebuah pemerintahan yang damai dan membagikan tanah. Akhirnya mereka mendapat dukungan dari rakyat dan berhasil merebut Petrograd dan pemerintahan sementara yang dipimpin Kerensky. Setelah perebutan ini kemudian menjadi era komunis di Rusia dan pemerintahan dipimpin oleh Lenin. Dilihat dari sini, bahwa propaganda yang dilakukan Lenin bisa berhasil karena rakyat juga menginginkan perubahan. Selanjutnya mengenai efisien tidaknya sebuah propaganda, kalau rakyat sendiri mendukung dan ternyata ideology komunisme kemudian membuat perubahan yang baik menurut saya ya efisien. Propaganda yang dilakukan Lenin ini menurut saya merupakan cara agar rakyat (terutama kaum buruh) tidak terjebak dalam kediktatoran.

      Hapus
    2. Evi Susanti/ 120731435988/ A/ Pendidikan Sejarah
      Saya sependapat dengan mbak ririk, menurut saya dengan cara propaganda yang terjadi di Rusia itu juga dapat dikatakan efisien selama cara itu membawa dampak yang positif terhadap suatu negara. Apalagi cara itu mendapat dukungan dari rakyat yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik.

      Hapus
    3. Kalau menurut kelompok anda, selain propaganda adakah yang bisa dilakukan mengingat laman dari ideologi ini berusaha menghilangkan ideologi komunisme agar tujuan yang disampaikan Marx dalam esainya dengan judul Das Kapital dan Komunist Manifesto mengenai waktu yang tepat untuk revolusi proletariat??
      Thx

      Hapus
    4. Ririk Ajeng Alfianti - 120731435967
      Kan udah saya jelaskan fan diatas. Menurut saya itu sulit jika dilakukan selain propaganda. Selama propaganda itu dilakukan untuk memperbaiki keadaan masyarakat pada waktu itu ya kenapa tidak. :D

      Hapus
  4. siti nur munasharoh/120731435978/2012/kelompok 2
    Mengapa pada masa pergerakan nasional, ideologi marxisme ini cepat berkembang??. Sampai sampai, dijadikan sebuah organisasi yang bernama PKI. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, marxisme ini malah dianggap tiidak pantas berada di indonesia?? misalnya saja adanya pemberantasan PKI.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aditya Wicaksono/ 120731435998
      Untuk saudara Siti nur Munasharoh kenapa ideology marxisme begitu cepat berkembang karena ideology ini dianggap cocok bagi rakyat Indonesia yang pada masa itu tertindas ini mirip seperti masyarakat di eropa seperti kaum proletar akan tetapi Soekarno lebih suka menyebutnya sebagai kaum Marheinisme. Tidak hanya itu ada beberapa tokoh-tokoh besar yang berperan aktif untuk menyebarkan ideology ini seperti Tan Malaka. Dan untuk pertanyaan yang kedua kenapa PKI diberantas. ada beberapa hal yang menyebabkan PKI Diberantas. Karena PKI melakukan kudeta kepada pemerintahan Indonesia dan membunuh para Jendral yang dianggap sebagai penghalang dan tidak mendukung gerakanya. Namun secara politis yang pertama PKI adalah partai yang cukup kuat di Indonesia sehingga ini dianggap ancaman bagi beberapa kalangan bisa menjadi pemenang dalam pemilu selanjutnya. Yang kedua ini ada kaitanya dengan rencana Dewan Jenderal soeharto yang hendak ingin merampas jabatan dari presiden Sukarno.

      Hapus
    2. Ririk Ajeng Alfianti - 120731435967
      Tambahan jawaban mengenai mengapa pada masa pergerakan nasional ideologi marxisme cepat berkembang adalah berhasilnya ISDV yang didirikan oleh Sneevliet mempengaruhi SI cabang Semarang yang dipimpin Semaun dan Darsono. kemudian setelah berhasil mempengaruhi Semaun dan Darsono, mereka berdua juga menjadi anggota ISDV. Kemudian mulai terjadi perpecahan didalam tubuh SI (SI Putih & SI Merah). SI Merah inilah yang kemudian menjadi PKI.

      Hapus
  5. ZOFRANO IMS/A/PSEJ 2012/120731435976\
    Sarannya: Sudah ada konsep awal dari Marxisme sudah baik cuman perkembangan Marxisme di Dunia kurang greget..udah itu aja sih

    BalasHapus
  6. NOVIA ISNIYAWATI - 120731436001
    menambahkan jawaban untuk sodari inung........Darsono dan Semaun membawa pengaruh marxis atau komunis dari Rusia mereka belajar di Rusia (Snevlit) kemudian membawanya ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan asli Indonesia sehingga marxis bisa diterima intinya marxis Indonesia berbeda dengan Marxis Rusia.
    PKI merupakan pecahan dari SI yang terbagi menjadi SI merah dan SI putih. PKI merupakan hasil dari SI merah bukan semata-mata hasil dari SI karena SI terpecah karena ada golongan yang tidak setuju dengan SI dan akhirnya mendirikan SI merah dan Putih itu setahu saya.
    PKI awalnya tidak di tentang buktinya pada pemilu 1955 PKI mendapatkan urutan ke 4 dalam pemilu, namun akhirnya PKI ingin mendirikan negara Komunis sehingga muncul pemberontakan yang dilakukan PKI diberbagai daerah. sehingga Soehartodan anggota militer mengharapkan kalau PKI dibubarkan. hingga akhirnya Soekarno tidak bertindak dan dianggap PRO PKI. kemudian Soekarno pergi keluar negeri untuk urusan negara hingga akhirnya memberikan kepercayaan kepada Soeharto untuk mengambil langkah menertibkan keamanan yang dikenal dengan SUPERSEMAR. kemudian Soeharto menyalahgunakan surat tersebut dan PKI dibubarkan dan sueharto mengeluarkan maklumat yang isinya dilarang pendirian partai dengan nama komunis.




    BalasHapus
  7. Diskusi ditutup. Terimakasih

    BalasHapus
  8. Teori yg kompleks untuk negri...tapi knpa dilarang...karna negri ini sudah mnjadi negri kapitalis

    BalasHapus